Rabu, 05 Desember 2012

Manajemen Konflik


BAB I

Pendahuluan


Pada setiap organisasi biasanya sering terjadi sebuah konflik namun itu semua merupakan sesuatu yang wajar dan tidak bisa dihindarkan. Terkadang konflik juga dianggap hal yang tidak wajar karena sering berakibat negatif , akan tetapi sekarang konflik itu merupakan hal yang wajar dan dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana konflik tersebut dihadapi dan dikelola untuk dapat diselesaikan. Hal ini terjadi karena di satu sisi orang-orang yang terlibat dalam organisasi mempunyai karakter, tujuan, visi, maupun gaya yang berbeda-beda. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat menguntungkan organisasi sebagai suatu kesatuan. Maka dari itu menata konflik dalam organisasi doiperlukan keterbukaan, kesabaran serta kesadaran semua pihak yang terlibat maupun yang berkepentingan dengan konflik yang terjadi dalam organisasi.



BAB II

Teori

A. Pengertian Manajemen Konflik dan Konflik

      Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkahlaku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan(interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga,yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga. Sedangkan konflik adalah pergesekan atau friksi yang terekspresikan di antara dua pihak ataulebih, di mana masing-masing mempersepsi adanya interferensi dari pihak lain, yang dianggap menghalangi jalan untuk mencapai sasaran. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat,perbedaan persepsi,perbedaan cara mencapai tujuan,perbedaan kepentingan diantara beberapa orang,kelompok atau organisasi. Diperlukan sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda,dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi,bukan kerjasama.           




B. Sumber Konflik

    Faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya konflik dalam suatu organisasi antara lain adalah :
1) Berbagai sumber daya yang langka
Karena sumber daya yang dimiliki organisasi terbatas / langka maka perlu dialokasikan. Dalam alokasi sumber daya tersebut suatu kelompok mungkinmenerima kurang dari kelompok yang lain. Hal ini dapat menjadi sumber konflik.

2) Perbedaan dalam tujuan
Dalam suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagianyang bisa mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tujuan dariberbagai bagian ini kalau kurang adanya koordinasi dapat menimbulkanadanya konflik. Sebagai contoh : bagian penjualan mungkin inginmeningkatkan valume penjualan dengan memberikan persyaratan-persyaratan pembelian yang lunak, seperti kredit dengan bunga rendah, jangka waktu yang lebih lama, seleksi calon pembeli yang tidak terlalu ketatdan sebagainya. Upaya yang dilakukan oleh bagian penjualan semacam inimungkin akan mengakibatkan peningkatan jumlah piutang dalam tingkatyang cukup tinggi. Apabila hal ini dipandang dari sudut keuangan, mungkintidak dikehendaki karena akan memerlukan tambahan dana yang cukup besar. Saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaanOrganisasi merupakan gabungan dari berbagai bagian yang salingberinteraksi. Akibatnya kegiatan satu pihak mungkin dapat merugikan pihaklain. Dan ini merupakan sumber konflik pula. Sebagai contoh : bagian akademik telah membuat jadwal ujian beserta pengawanya, setapi bagiantata usaha terlambat menyampaikan surat pemberitahuan kepada parapengawas dan penguji sehingga mengakibatkan terganggunya pelaksanaanujian.

3) Perbedaan dalam nilai atau persepsi
Perbedaan dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam sikap,nilai dan persepsi yang bisa mengarah ke timbulnya konflik. Sebagai contoh :seorang pimpinan muda mungkin merasa tidak senang sewaktu diberi tugas-tugas rutin karena dianggap kurang menantang kreativitasnya untukberkembang, sementara pimpinan yang lebih senior merasa bahwa tugas-tugas rutin tersebut merupakan bagian dari pelatihan.

4) Sebab-sebab lain
Selain sebab-sebab di atas, sebab-sebab lain yang mungkin dapatmenimbulkan konflik dalam organisasi misalnya gaya seseorang dalambekerja, ketidakjelasan organisasi dan masalah-masalah komunikasi.

C. Teori-teori Konflik

Teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik adalah:
a.       Teori hubungan masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasaran: meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yangmengalami konflik, serta mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa salingmenerima keragaman yang ada didalamnya.

 b. Teori kebutuhan manusia
Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia(fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadiinti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi.Sasaran: mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
c.       Teori negosiasi prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Sasaran: membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.

d.      Teori identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar  pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.Sasaran: melalui fasilitas loka karya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalamikonflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebutdan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
e.       Teori kesalahpahaman antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasidi antara berbagai budaya yang berbeda.Sasaran: menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkankeefektifan komunikasi antarbudaya.
f.       Teori transformsi konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan danketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.Sasaran: mengubah struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan danketidakadilan termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antar pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi, pengakuan.

D. Manajemen Konflik Yang Efektif
Manajemen konflik dimaksudkan sebagai sebuah proses terpadu (intergrated) menyeluruh untuk menetapkan tujuan organisasi dalam penanganan konflik, menetapkan cara-cara mencegahnya program-program dan tindakan sebagai tersebut maka dapat ditekankan empat hal :
  1. Pertama, manajemen konflik sangat terkait dengan visi, strategi dan sistem nilai/kultur organisasi manajemen konflik yang diterapkan akan terkait erat dengan ketiga hal tersebut.
  2. Kedua, menajemen konflik bersifat proaktif dan menekankan pada usaha pencegahan. Bila fokus perhatian hanya ditujukan pada pencarian solusisolusi untuk setiap konflik yang muncul, maka usaha itu adalah usaha penanganan konflik, bukan manajemen konflik.
  3. Ketiga, sistem manajemen konflik harus bersifat menyeluruh (corporate wide) dan mengingat semua jajaran dalam organisasi. Adalah sia-sia bila sistem manajemen konflik yang diterapkan hanya untuk bidang Sumberdaya Manusia saja misalnya.
  4. Keempat, semua rencana tindakan dan program-program dalam sistem manajemen konflik juga akan bersifat pencegahan dan bila perlu penanganan. Dengan demikian maka semua program akan mencakup edukasi, pelatihan dan program sosialisasi lainnya.
E. Metode Menangani Konflik

1.   Metode pengurangan konflik.
Salah satu cara yang sering efektif adalah dengan endinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling thing down). Meskipun demikian ara semacam ini sebenarnya belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lainadalah dengan membuat musuh bersama, sehingga para anggota di dalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi musuh tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami konflik.

2.   Metode penyelesaian konflik.
Cara yang ditempuh adalah dengan mendominasi ataumenekan, berkompromi dan penyelesaian masalah secara integratif.
a)      Dominasi (Penekanan)
Dominasi dan penekanan mempunyai persamaan makna, yaitu keduanya menekankonflik, dan bukan memecahkannya, dengan memaksanya tenggelam ke bawah permukaan dan mereka menciptakan situasi yang menang dan yang kalah. Pihak yang kalah biasanya terpaksa memberikan jalan kepada yang lebih tinggikekuasaannya, menjadi kecewa dan dendam. Penekanan dan dominasi bisadinyatakan dalam bentuk pemaksaan sampai dengan pengambilan keputusandengan suara terbanyak (voting).
b)   Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik ( win-win solution ). Cara ini lebihmemperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam daridua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupunkalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahanini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik  pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik.

c)   Penyelesaian secara integrative
Dengan menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubahmenjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bias dipecahkan dengan bantuan tehnik-tehnik pemecahan masalah (problem solving). Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya,dan bukan hanyamencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini merupakan carayang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering sulit tercapai secaramemuaskan karena kurang adanya kemauan yang sunguh-sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.


BAB III
Pembahasan

        Disini saya akan membahas sebuah konflik Yayasan Surya Dharma, yayasan ini didirikan pada 1969 oleh beberapa orang tokoh masyarakat di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, sebagaisarana untuk berkumpul dan berkomunikasinya sesama warga diKebayoran Lama dan sekitarnya. Dari hasil kumpul-kumpul, kemudian berkembang menjadi pembahasan untuk mendirikan sebuah saranapendidikan sebagai bekal masa depan. Dari tahun ke tahun perkembangan sekolah semakin baik jumlah murid semakin meningkat, seiring dengan kepercayaan masyarakatyang menyekolahkan anak-anak mereka di Surya Dharma. Pada tahun 1985 dibangunlah sekolah Surya Dharma dengan bangunan permanen.Pada saat ini seiring berkembangannya kemajuan era globalisasimenjadikan sekolah Surya Dharma berkemang pesat dan sudah memiliki 4 unit pendidikan yakni : TK, SD, SMP & SMK serta memahamikemauan masyarakat sehingga menjadikan Surya Dharma berfasilitaspendidikan lengkap dan memadai.
Visi
‘Menjadikan Sekolah Surya Dharma sebagai lembaga Pendidikan yangberkualitas di lingkungan Sekolah Buddhis di Jakarta khususnya dan dilingkungan sekolah-sekolah umum di daerah Kebayoran Lama dan sekitarnya.’
Misi
• Tenaga kerja yang handal
• Rekrutmen murid yang selektif
• Disiplin dan moral yang baik
• Etos kerja yang tangguh
• Kesejahteraan guru yang terjamin


Konflik Interpersonal
Masalah: antara Kepala sekolah dan para guru.Detail: Kepala sekolah yang korupsi waktu, dan akhirnya para guru melaporkan kepada koordinator sekolah, koordinator sekolahmemberikan peringatan secara lisan dan tulisan. Peringatan tidakditanggapi oleh Kepala Sekolah tersebut, maka kepala sekolahtersebut diberhentikan dan para guru mengajukan calon kepalasekolah yang baru secara musyawarah.

Konflik Organisasional
Masalah: Konflik antara yayasan dan para guru.Detail: ada kebijakan dari pihak yayasan yaitu uang hasil penjualanbuku harus disetorkan pada pihak yayasan, dan ini ditentang oleh paraguru-guru, akhirnya yayasan mengadakan rapat terlebih dahulu, dansetelah itu dibicarakan dengan para guru untuk diambil keputusanbersama.
Secara umum setiap konflik di Sekolah Surya Dharma ditangani secaramusyawarah, tetapi jika masalah tersebut menjadi lebih rumit, makaditangani dengan mengikuti aturan-aturan dari yayasan, sepertimemberi surat peringatan.

Adapun cara-cara yang digunakan oleh sekolah Surya Dharma untuk menghindari konflik antara lain:
• Mengadakan meeting bulanan
• Mengadakan outing setiap tahun
• Mengadakan rapat awal tahun dan akhir tahun ajaran

Kesimpulan : Menurut saya , konflik itu merupakan hal yang wajar walaupun sebenernya berdampak negatif maupun positif. Akan tetapi tergantung bagaimana kita menyikapinya. Bukan setiap organisasi saja yang mempunyai konflik bahkan setiap orang pasti mengalami konflik pada kehidupannya masing-masing.

Referensi :


0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

 
;